Pencari jalan, Penikmat Kegagalan

Saya senang ketika melihat teman-teman saya berkembang dengan caranya masing-masing. Mereka berekspresi dengan keahlianya secara serius, melanjutkan pendidikanya ke jenjang yang lebih tinggi, melihat mereka menggapai mimpi dengan effort yang maksimal hingga mencari dorongan-dorongan dengan teks filosofis yang mendongkrak motivasi dari dalam dirinya secara fundamental! Namun juga tidak jarang saya mendengar tangis mereka atas keraguan dirinya dalam meniti jalan yang mereka pilih.


Idealisme anak muda, ketika mendengar kalimat tersebut langsung merujuk pada semangat, keyakinan, dan aspirasi tinggi. Ini mencakup tekad untuk mencapai perubahan positif dalam masyarakat ataupun dirinya, memperjuangkan nilai-nilai yang dianggap penting, dan mengejar visi-visi yang lebih idealistik. Hal ini sangat menarik bagi saya untuk dipelajari, sebab idealisme inilah yang menjadi sudut kontra antara anak muda dengan orang-orang yang lebih senior dari mereka.


Memang secara alami idealisme dan realisme akan menemukan titik temunya berdasarkan “waktu”. Ini berkaitan dengan chronosystem dan juga berkembangnya sudut pandang seseorang atas pengalaman hidup yang sudah dilewati. Kita bisa berencana dan menyusun langkah dengan sangat detail, namun dalam perjalananya akan selalu menemukan hambatan-hambatan yang kadang tidak bisa diprediksi. Temuan hambatan tersebut yang akan membawa secara perlahan sebuah idealisme menjadi realisme.


Peristiwa seperti ini sebenarnya hal yang cukup lumrah, contoh seperti komparasi  semangat mahasiswa baru yang sekaan-akan ingin menggeser gunung menguras lautan dengan mahasiswa tua yang pasrah bagaimanapun caranya yang penting lulus. Hal tersebut membuktikan bahwa Chronosystem akan selalu membawa kita pada pengalaman-pengalaman hidup yang nyata.


Dari banyak orang yang saya temui, kadang saya berjumpa dengan orang yang sangat visioner dan idealis, dan kadang berjumpa juga dengan orang-orang realis dan cenderung pesimistik. Bagi saya unik, ketika mendengar gagasan-gagasan orang visoner yang memang spektakuler, seakan-akan kita akan hidup 1000 tahun lagi dan membangun mimpi sutuhnya dengan mulus. Begitupun ketika mendengar celotehan orang-orang realis yang menampar seperti pertanyaan “memang kamu yakin besok masih hidup?”


Pada momen tersebut saya menjadi sadar, bahwa yang membuat kita stabil adalah moderatisme dalam berpikir. Dalam sebuah perencanaan harus diimbangi dengan analisis risiko. Tidak berlebihan dalam menetapkan target maupun berlebihan dalam mengkhawatirkan kegagalan. Bisa dibilang hal ini adalah langkah kehati-hatian. Namun tidak semua orang setuju dengan pendapat ini. karena yang seperti ini adalah hal yang subjektif dan muncul karena pengalaman dan persepktif yang berbeda.


Menghargai Keputusan orang lain

Menghargai Keputusan orang lain. Meskipun kita tahu risiko atas pilihan orang lain itu besar, saya rasa bukan ranah kita untuk menghakimi maupun menghalanginya dengan cerita “ancaman” ataupun hal-hal yang mempersulit meskipun hal tersebut “benar” menurut kita. Sebab pilihan orang lain adalah hal yang personal, kebeneran yang kita yakini belum tentu sama dengan orang lain. Bisa jadi mereka berani mengambil suatu risiko untuk “proofing” dirinya sendiri untuk membuktikan bahwa ia bisa menaklukan suatu tantangan. Hal tersebut masuk dalam aktualisasi diri.


Meskipun kadang itu sederhana, momen seperti itu yang membuat seseorang terus bertahan dan merasa lebih hidup, membuktikan bahwa dirinya mampu dan tidak layak untuk kasihani oleh lingkunganya. Hal-hal sederhana seperti ini berkaitan erat dengan level kepercayaan diri seorang individu, jika sekali ia berhasil besar kemungkinan ia akan mencari “adrenaline rush” yang lebih besar dan menantang. Bukan tanpa sebab, yang demikian adalah sesuatu yang alami bagi orang-orang yang terbuka dan sadar untuk terus berkembang.


Mungkin sebagian orang akan menganggap hal ini adalah sebuah kehausan atensi atau lainnya, namun ujaran seperti itu tidak sebanding dengan dampak yang dihasilkan untuk individu itu sendiri kedepan dengan syarat hal yang dilakukan adalah hal yang positif. Terkait “adrenaline rush” tadi memang multipersepsi, sebab banyak orang membanjiri dirinya dengan adrenalin melalui langkah yang tidak etis, untuk menjadi penikmat keributan.


Tidak ada mimpi yang terlalu tinggi, hanya mereka yang tidak mampu menggambarkan bagaimana jalanya saja. Semakin banyak informasi dan pengalaman yang kita dapat secara otomatis batu pijakan atau “path” akan muncul membawa kita ke tujuan tersebut secara perlahan. Meskipun hidup penuh dengan ketidakpastian, saya rasa konsep  "Law of Attraction" bisa diterapkan untuk mengirim kita pada tujuan yang besar. Implementasi konsep tersebut bukan hal yang rumit, cukup konsisten berdoa, pikiran dan perasaan seseorang dapat sejalan dengan energi sekitarnya dan, pada gilirannya, memengaruhi kenyataan fisik mereka.


Tidak ada batasan, saya meyakini batasan adalah halangan semu yang kita buat sendiri. Keraguan atas “gelar akademik”, “bukan ranahnya”, atau “terlalu ndakik-ndakik” muncul atas keraguan alam bawah sadar kita yang semu. Pada intinya, Berkembang itu ketika kita mampu melewati apa yang dulu kita takuti dan terus melawan rasa takut itu tanpa akhir. Dicapai atau tidak itu urusan belakang, tugas kita hanya terus mencari jalan, mencoba dan menikmati kegagalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar