Begitu bangganya saya dilahirkan
dilingkungan jawa yang masih menjujunjung tinggi tata krama. Dimana saling
menjaga perasaan menjadi aspek yang sangat penting dalam bermasyarakat walaupun
sebenarnya bermakna hipokrit, ‘seneng
nggrundel nang mburi’ tapi tidak
bisa dielakan hal seperti itulah yang dapat menjaga kerukunan antar masyarakat.
Ketika disakiti hanya bisa ‘Nerima Ing
Pandhum’ karena mereka yakin, mereka hidup untuk mendapatkan kebahagiaan
dunia akhirat. Mereka tahu kekerasan, kebencian adalah bagian dari kemubahan.
Terlepas dari ajaran sufiisme
jawa ataupun kejawen dengan konsep Manunggaling
Kawula Gustinya. Disini saya akan menceritakan tentang konsep yang sering terlintas di kepala saya ketika
akan melakukan suatu hal. Manunggaling Kawula Niat, ini tidak berkaitan sedikitpun
dengan keyakinan tetapi saya hanya mengadopsi dua kata yaitu Manunggaling dan Kawula ‘Menyatunya diri saya
dengan Niat’. Kenapa Niat alias Tujuan menjadi hal yang harus kita leburkan
pada diri kita sendiri? Bagi saya wajib
hukumnya sebelum melakukan sesuatu untuk menelisik tujuan entah apapun
itu.
Memang, kita tidak bisa seutuhnya
terus berada dijalan yang benar, realitasnya sangat sering kita tersesat akibat
kelalaian diri sendiri. Tapi karena kita
manusia yang diberi akal sudah seharusnya untuk memikirkan setiap tindakan yang
kita ambil dan salah satu Parameter langkah
kita adalah Niat, niat disini bisa mencakup beberapa hal yaitu ‘Apa Tujuan dari
itu’ dan ‘Apa yang kita dapatkan dari itu’ secara sederhana menelisik niat sama
halnya dengan mencari sisi kemanfaatan.
Terlalu banyak hal sia-sia yang kita
lakukan, hanya mengejar kesenangan
sesaat dan mengumbar nafsu yang emosional dan kita juga bisa tertipu dengan sebuah
Passion yang dapat kita analogikan
sebagai semangat yang menggebu-gebu, Contoh sederhana dilingkungan saya: misal
saya ingin mengikuti sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa dengan Visi (read: Niat) dari UKM tersebut bisa untuk mengembangkan
softskill kita, iya memang benar tujuan utama tersebut tercover dengan baik,
namun jika kita berpikir lebih dalam kadang ada hal-hal laten atau tersirat
pada diri kita, di awal kita ingin mengembangan softskill tapi mungkin sebenarnya
hanya mengejar ketenaran, ingin dipandang, ingin diakui. Jika itu benar,
Kemubahan adalah itu.
Dalam Manunggaling
Kawula Niat, bukan saja tujuan yang dicapai tetapi setiap langkah harus
dilakukan dengan niat yang baik, tidak merugikan orang lain, tidak merusak dan
tidak menggangu. Melihat
senior yang membentak-bentak memarahi juniornya menggunakan nada yang sangat angkuh, persoalan sepele yang
berkaitan dengan kegilaanya untuk dihormati. Ketika ditanya kenapa ia marah dan
membentak dengan santainya ia menjawab ‘Ngapunten
mas, niki kangge ngelatih mental adik-adik ben kuat ng njaba’ sebuah omong kosong yang dilontarkan atas nama
Visi organisasinya, padahal ia hanya melampiaskan kekecewaanya karena tujuan
laten-nya (ketenaran, ingin dipandang, ingin diakui) tidak tercapai.
Setiap orang adalah individu yang unik, tidak pernah ada
orang yang memiliki pemikiran yang identik. Untuk menilai positif dan negatif sebuah
hal sangat dipengaruhi oleh sudut padang ataupun perspektif dari orang
tersebut, bagi saya benar bisa saja salah bagi orang lain karena orientasi dan
lingkungan setiap orang berbeda-beda. Untuk itu, carilah alasan kenapa kamu mau
melakukan itu, untuk apa? Why? Saya percaya, niat yang baik akan berdampak pada
hal yang baik pula dan sebaliknya.
Menjadi lebih
berhati-hati dalam melangkah bukan berarti menjadi orang yang pasif, kritis dan
selalu kontradiktif dengan lingkungan, tetapi bagi saya lebih baik pelan tapi
pasti. Ada yang mengatakan “Cah enom
kudu njajal kabeh, men pengalaman nek
wes tua” ini tidak tidak sepenuhnya benar ataupun salah, memang benar di
masa muda harus mencari pengalaman sebanyak mungkin, tetapi apakah harus mencoba
semua dari hal positif hingga negatif? Tentu tidak. Bagi saya cukup mengamati,
menelisik, dan mencari latar belakang sudah lebih dari cukup untuk mempelajari
perspektif atau sudut pandang. Saya terlalu
sinis untuk respek dengan mereka yang turun dijalan, mengatakan berlatih
menjadi pemimpin, tapi untuk menata dirinya saja masih diragukan, terlalu fana.
Terlepas dari
semua hal diatas, sebenarnya apa yang dicari di Dunia ini? Tidak lain hanyalah bekal untuk di akhirat, jika ada yang menilai pikiran saya terlalu
konservatif dan pragmatis, tidaklah salah sebab saya sadar apa yang saya tuju
dan apa yang harus saya lakukan. Manunggaling Kawula Niat, menyatukan diri
dengan tujuan.
Wah bagus banget kak �� semoga bisa dilakukan dikehidupan nyata ya
BalasHapussemoga kaka juga..saya sudah melakukanya kaka, maka dari itu saya menulisnya.
HapusWah terharu saya mas
BalasHapusWah masnya yang kemarin ikut plonco ya?
HapusWah terwakilkan
BalasHapusahahahaha
Hapus