Menyesal Pada Pilihan?

 


Hidup adalah pilihan, sebuah kata template yang mungkin sering kita dengar di sekitar kita atau kadang lewat di timeline Ketika scrolling sosmed. Terdengar simpel, namun kalimat ini memiliki makna fundamental yang bisa mengubah kehidupan seseorang.


Kita awali dengan pertanyaan “apakah kita benar-benar memilih untuk hidup?” atau sebenarnya kita hanya menjalani kehidupan karena sudah terlanjur lahir ke dunia? Lantas kita hidup untuk apa? Tentu jawaban dari pertanyaan ini hanya diri kita yang tahu, untuk seorang muslim sebenarnya sudah ada jawaban yang jelas di dalam al-quran, hanya saja sebagai manusia yang memiliki akal dan curiositas yang tinggi tentu ingin jawaban exact yang memuaskan dan membuat dirinya tenang.


Sayangnya jawaban yang demikian tidaklah ada, interpretasi dan sudut pandang seseorang dalam menghadapi realitas kehidupan pasti berbeda-beda, subjectivitas manusia dalam menerjemahkan dan memahami kehidupan selalu bergantung pada pengalaman hidup yang telah dialami dan juga refrensi-refrensi yang diikuti.


Dari masalah ini, kita tahu bahwa sebenarnya setiap individu berjuang dalam hidupnya meskipun startnya berbeda-beda, ada yang terlahir kaya, biasa saja atau malah minus. Semua memiliki “Path” yang berbeda dengan gaya dan manuver survive yang berbeda pula. Sebenarnya jika kita memahami perbedaan ini secara mendasar, kita akan memiliki toleransi, empati dan simpati yang tinggi Ketika memandang suatu masalah yang berasal dari perbedaan. Kita bisa dengan mudah memaklumi suatu konflik jika tahu “latar belakang” kenapa orang-orang yang kita temui memiliki pendapat dan sudut pandang yang berbeda.


Di sini saya kadang merenungi konflik dan permasalahan yang ada di sekitar saya, saya menganalisa kemudian berasumsi bawa beberapa masalah terjadi karena “generalisasi” dan menganggap setiap orang memiliki rasa dan pengalaman yang sama, selain itu saya melihat beberapa isu besar sebenarnya hanya “dalih” atas ketidakmampuan kita beradaptasi dengan perubahan.


Ketidakmampuan kita dalam beradaptasi akan selalu membuat masalah baru, padahal kita sedari awal sudah dihadapkan dengan pilihan. Hukum alam yang berlaku secara umum yaitu “pilihan yang mudah memiliki akhir yang sulit” dan berlaku juga sebaliknya. Namun beberapa anomali bisa kita temui Ketika dihadapkan dengan “Keberuntungan” yang probabilitasnya sangat rendah dibanding dengan persentase kegagalan. Hal ini juga yang menjadi masalah, beberapa orang lebih percaya keberuntungan yang datang tanpa usaha, mereka berandai-andai dan juga selalu protes dengan apa yang dihadapi.


Terlalu sering saya menghadapi rengekan berisik orang-orang selalu menuntut hak namun lupa dengan kewajibanya, melupakan alur dan selalu berharap pada keajaiban. Selalu menyalahkan sistem dan merasa tidak adil dengan apa yang sedang dihadapi sekarang. Oke lah, jika yang direngekan adalah kebijakan nasional yang berdampak pada khalayak, namun biasanya isu yang direngekan ini hanya sebatas dalih atas rasa malas mereka untuk beradaptasi mengikuti perubahan.


Konsep “konversi” dasar pada konsep interaksi, hubungan sosial atau malah dalam dunia kerja jika kita pahami dengan baik tidak akan membuat kita gelisah ataupun menyesal. Contoh: Kita bekerja di tambang dengan risiko tinggi, jauh dari keluarga umumnya memiliki konversi uang terhadap waktu yang besar pula. Atau kita memilih untuk tetap tinggal di rumah mengerjakan sesuatu yang low-risk maka konversinya akan rendah. High risk, high return. Risiko di sini dapat berupa pengorbanan waktu, kesehata, nyawa atau bahkan harga diri.


Kita mesti memahami dan memilah mana yang bisa kita control dan yang tidak, risiko dan pendapatan sepenuhnya bisa kita pilih dan juga kita persiapkan. Memang tidak mudah dalam menyiapkan sesuatu yang nyaman dan menguntungkan untuk diri kita yang berkelanjutan, tetapi Kembali lagi ke pernyataan di awal tadi, hidup adalah pilihan! Tinggal bagaimana kita memilih sebuah konsekuensi dan menyiapkanya dengan baik tanpa berisik, siap menghadapi segala risiko yang dipilih, dan tidak menyesali apapun yang sudah terjadi.


Kita terus bergerak, berkembang dan menyesuaikan diri untuk tetap bertahan pada dunia yang dinamis ini.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar